Inilah pernyataan menarik yang dilontarkan Robert T Kiyosaki dalam bukunya, 'Rich Dad Poor Dad' (RDPD). Buku ini merupakan karya pertama dari trilogi Kiyosaki, bersama dua buku lainnya, 'Cashflow Quadrant (CQ)' dan 'Rich Dad: Guide to Investing' (RDGI). Dan tentu saja trilogi yang ditulis bareng dengan kawan lamanya, Sharon L Lechter, kini jadi buku 'bestseller' versi 'New York Times.
Sebagai pengarang berperspektif unik mengenai bisnis, Kiyosaki memang mengkhususkan diri menulis buku-buku bertema ekonomi. Dasar pemikirannya sangat sederhana: Jabatan, karier, maupun kepandaian, tidak bisa menjamin seseorang menjadi kaya. Itu sebabnya, menurut Kiyosaki, konsep pendidikan yang menekankan bahwa ''anak sekolah harus pintar'' harus diubah total. Ini agar kita tidak terkurung dalam 'rat race,' kehidupan yang tak cerdas.
''Alasan utama orang bersusah payah secara finansial adalah karena mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah, tetapi tidak belajar apa pun mengenai uang,'' ujar Kiyosaki yang pernah menjadi staf pengajar bisnis dan investasi. ''Hasilnya adalah orang bekerja untuk mendapatkan uang, tetapi tak pernah belajar agar uang bekerja untuk mereka.''
Sebagai pengganti, Kiyosaki melontarkan gagasan 'how to get rich.' Ada enam kiat yang dapat diaplikasikan untuk menjadi orang kaya. Pertama, ''Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang'' (hlm 13). Ini bisa jadi cara efektif menghindari kemiskinan. Sebab, kata Kiyosaki, orang miskin tidak memiliki kebebasan finansial dalam hidupnya. Penghasilannya selalu habis untuk membiayai kewajibannya.
Kiat kedua, penguasaan atas empat konsep bisnis -- yaitu pemasukan, pengeluaran, neraca aset, dan liabilities. Secara detil kiat ini diungkap dalam item ''Mengapa Mengajarkan Melek Finansial'' (hlm 57). Ketiga, anjuran untuk memulai bisnis sendiri sebagai jalan awal menuju kekayaan. Ini diungkapnya dalam bab ''Uruslah Bisnis Anda Sendiri'' (hlm 93). Sedang kiat keempat Kiyosaki terasa lebih teknis, yaitu ihwal ''Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi'' (hlm 105). Intinya, bila kita bagaimana mengatur pajak, maka pengetahuan ini akan mendatangkan kekayaan.
Masih ada kiat kelima, yaitu ''Orang Kaya Menciptakan Uang'' (hlm 121). Di sini Kiyosaki membahas ihwal 'kecerdasan finansial' orang kaya dalam mengelola uang. Kecerdasan itu antara lain, dapat membedakan 'good and bad liabilities, good and bad debt, good and bad expenses,' dan 'good and bad risk.' Dibahas pula tentang investasi sebagai teknik orang kaya menciptakan uang.
Kiat terakhir yang disodorkan Kiyosaki adalah ''Bekerja Untuk Belajar, Jangan Bekerja Untuk Uang'' (hlm 149). Ajaran ini terkait dengan perubahan paradigma era informasi, dari 'school smart' ke 'school smart' dan 'street smart.' Artinya, selain diperlukan kecerdasan akademis, untuk jadi orang kaya, dibutuhkan juga 'ilmu jalanan' yang tidak didapat di bangku sekolah.
Tentu saja Kiyosaki tak mencipta kiat ini dari ilmu ekonomi yang dipelajarinya secara formal. Tapi, lebih bertumpu pada renungan tentang kisah hidupnya sendiri. Seperti yang dikutip di 'RDPD', yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pertama kali September 2001, sukses karier bisnis Kiyosaki diawali sejak 1997 dengan mendirikan perusahaan dompet berbahan nylon. Di tahun 1985 kegiatan bisnis pengusaha kelahiran Hawaii ini mulai dikurangi, tetapi kegiatan investasi tetap dilakukan. Dari sanalah Kiyosaki terus menuai sukses.
Menurut Tri Utomo Wiganarto, konsultan West Java Corridor, trilogi Kiyosaki ini hampir sepenuhnya berbicara tentang pembentukan karakter pribadi kita dan hanya sedikit yang membahas masalah teknis. ''Pendekatan Kiyosaki adalah pendekatan 'leaderships' yang dituangkan dalam bahasa yang membumi,'' kata Tri Utomo dalam acara bedah buku trilogi Kiyosaki di Bandung belum lama ini. ''Pemikiran Kiyosaki mengubah paradigma berpikir kita menjadi lebih terbuka.''
Rendra Hertiadhi, marketing dan corporate director PT Myohdotcom Indonesia Tbk, menilai bahwa empat konsep bisnis Kiyosaki sangat aplikatif. Bila kita mengadopsi konsep 'bad liabilities' -- seperti spekulasi utang -- risikonya sangat tinggi. Selama utang sesuai rencana, tidak jadi masalah. Asal, sumber pembayaran utang bukan dari kantong sendiri, melainkan dari aset bisnis yang kita ciptakan. ''Jadi, pembahasan Kiyosaki tentang 'bad and good liabilities' sangat tepat,'' ujarnya.
Buku 'RDPD' secara keseluruhan memaparkan serangkaian petunjuk agar kita berusaha mendekati impian kita untuk menjadi kaya. Tetapi di akhir buku, Kiyosaki menegaskan bahwa semuanya berpulang pada seberapa keras usaha dan kontrol diri Anda. Buku kedua, 'CQ,' dicetak enam kali sepanjang tahun 2001. Di sini Kiyosaki menciptakan sebuah model yang disebut 'cashflow quadrant.' Model ini terdiri dari empat kuadran yang memetakan empat posisi orang dalam konteks finansial.
Buku setebal 330 halaman dan terdiri dari 18 bab ini memberikan petunjuk bagi kita untuk mengetahui di kuadran mana posisi kita dan membantu kita untuk berpindah ke kuadran yang lebih baik. Empat kuadran tersebut adalah kuadran E ('employee'), kuadran S ('self employee'), kuadran B ('business ownners'), dan kuadran I ('investor').
Di bagian pertama buku ini, Kiyosaki memaparkan perbedaan inti dari orang-orang pada masing-masing kuadran dengan menganalisis kata-kata mereka. Bagian kedua merupakan tahap-tahap membangkitkan potensi yang ada dalam diri untuk menjadi kaya. Bagian ketiga buku ini diisi nasehat Kiyosaki menjadi 'business ownners' dan 'investor' yang sukses. Intinya adalah kontrol diri, investasi, dan manajemen. Selain itu juga disuguhkan tujuh langkah menemukan jalur cepat kebebasan finansial Anda (Bab 11).
Buku ketiga, 'RDGI,' baru selesai diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia tiga pekan lalu. Buku ini lebih banyak memberikan petunjuk teknis investasi serta pelajaran tentang bagaimana mempertahankan bisnis yang telah Anda bangun. Ada tiga hal yang menurut Kiyosaki dapat dilakukan untuk mempertahankan bisnis kita, yaitu dengan menyumbangkan kecerdasan, pengalaman, dan uang Anda pada pihak-pihak yang membutuhkan.
Perry Tristianto, raja 'factory outlet' Bandung, mengaku bahwa gara-gara teori Kiyosaki, ia yang memulai kariernya di kuadran E sekarang mampu bermain di kuadran B . ''Pelajaran dari Kiyosaki sebagian besar terjadi pada kehidupan saya,'' papar Perry.
Terdiri dari kurang lebih 400 halaman, buku ini memberikan pandangan komprehensif mengenai pemikiran-pemikiran Kiyosaki dalam bentuk tips-tips yang dikemas secara menarik. Semuanya digelar dalam bahasa yang sederhana dan sistematis. Artinya bisa dicerna dengan mudah oleh siapa pun.
Di tengah terpuruknya perekonomian kita, trilogi Kiyosaki memang menawarkan angin segar. Apalagi buku ini memang ditulis Kiyosaki pada suatu periode hidupnya yang serba sulit. Kiyosaki sempat mengalami keterpurukan, kehilangan tempat tinggal, menjadi orang yang terpinggirkan, dan jatuh sakit.
''Di saat semua pihak tidak yakin kita bisa bangkit, buku ini benar-benar memberikan inspirasi pada kita. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengarahkan kekuatan diri sendiri untuk membangun sesuatu,'' kata Tri Utomo.
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar