Sabtu, 21 Maret 2009

Kaya menjadi-jadi

Menjadi kaya itu penting. Namun demikian yang lebih penting lagi adalah kaya menjadi-jadi. Kekayaan tanpa batas merupakan pemicu penyebab semakin merebaknya keinginan meraih kekayaan menjadi-jadi. Caranya bermacam-macam. Salah satu di antaranya mencari pesugihan.

PESUGIHAN merupakan sarana yang dipercaya sebagai penyebab seseorang menjadi kaya raya. Sarana tersebut pun bermacam-macam. Ada yang mengandalkan ijazah, kedudukan, keterampilan, jimat, dan sebagainya. Bersemedi (tapa) termasuk dipilih, antara lain oleh Ngalijo dan Yoto.

Kebetulan keduanya memilih tapa kungkum, di sungai Brantas. Kebetulan, keduanya tewas sebelum menjadi kaya.
Bersemedi dengan cara berendam merupakan salah satu cara. Masih ada cara bersemedi lain. Misalnya tapa ngramé, tapa mbisu, tapa ngalong. Tetapi yang banyak dilakukan adalah tapa brata. Mereka yang ingin kaya menjadi-jadi memilih mematikan raganya, agar dapat menghidupkan jiwa dengan memurnikannya dari keramaian dunia (nglakoni mati raga nguripi suksma sumingkir saking alam ramé).

Mungkin terlalu berlebihan jika korban pencari pesugihan di sungai Brantas tersebut ingin kaya menjadi-jadi. Barangkali Ngalijo hanya sekedar berharap mampu menghidupi keluarganya dengan berdagang kain. Tetapi apa daya. Dampak krisis ekonomi global tidak pandang bulu. Orang besar maupun orang kecil tergilas berkeping-keping. Orang besar berani mengambil risiko besar. Orang kecil pun berani juga mengambil risiko besar.

Menjadi penganggur tentu bukan termasuk cita-cita bagi siapa pun. Tetapi jika hanya makan upah dari pekerjaan kuli bangunan sebesar Rp 25 ribu per hari, mana tahan? Ketika bekerja dimarahi mandor, di rumah perut anak istri keroncongan.

Dalam situasi begini, mendingan menerima tawaran sebagai pengedar sabu-sabu. Konon keuntungan setiap tiga hari berkisar Rp 1,7 juta/gram. Oleh karena itu bisa dimaklumi kasus tertangkapnya pengedar narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat. Narkoba adalah pesugihan bagi orang modern, lebih hebat daripada memelihara tuyul.

“Apakah hanya itu?” tanya Ki Kemaki. Saya kebingungan untuk memberi contoh lain. Selain bingung juga khawatir. Jangan-jangan salah atau barangkali benar tetapi disalah-salahkan. Misalnya menjadi Caleg. “Ini termasuk pesugihan atau bukan? Kenyataannya sebagian dari mereka tadinya penganggur.

Daripada menjadi pedagang kain seperti Ngalijo atau menjadi pengedar narkoba, lebih-baik nyaleg.
Pada saat akhir masa jabatan nanti berubah kaya menjadi-jadi, apakah mereka telah berhasil mendapatkan pesugihan yang jos? Ketika keraguan itu saya sampaikan, Ki Kemaki geleng kepala setengah mengolok-olok. Padahal saya masih ingin mendapatkan konfirmasi tentang kebenaran pernyataan bahwa orang kaya itu memiskinkan orang lain. Ah … sudahlah!

Ki Kemaki pernah bercerita tentang Arjuna. Ia dikenal mampu bertapa dengan cara apa pun. Dengan demikian, Arjuna diposisikan sebagai model lelaki yang menguasai dunia (lelananging jagad). Dia sangat menikmati hidup di dunia. Istrinya banyak, termasuk WIL yang merasa terhormat dinikahi secara siri olehnya. “Karena Yoto bukan Arjuna, ia tewas tapa kungkum dalam rangka mencari jodoh”, kata Ki Kemaki.
***
Kaya menjadi-jadi merupakan tujuan yang tak pernah memuaskan hati. Ia senantiasa membuat kita selalu dahaga berkepanjangan. Mereguk apa saja dan kapan saja. Bahkan dengan cara yang menewaskan atau risiko masuk penjara. Mangga, silakan berbeda pendapat.

Sumber : surya.co.id

Stop Dreaming Start Action